Minggu, 12 April 2020

Jika Tersesat Jangan Panik


Jika Tersesat Jangan Panik

Rapor dibagikan. Horee... libur telah tiba! Aku berdebar-debar menantikan saat istimewa ini. Soalnya, Ayah dan Ibu mengajakku berlibur ke London. Inilah, kali pertama aku melakukan perjalanan ke luar negeri. Wah... seperti apakah ibu kota Inggris itu? Aku tak bisa tidur membayangkannya.

Orang tuaku telah lama merencanakan perjalanan ini. Mereka ingin memberikan pengalaman lain kepadaku. Kedua orang tua ku bekerja pada lembaga internasional. Jadi mereka sering bepergian ke luar negeri. Sementara aku belum pernah ke luar negerj sama sekali. Oleh karena itu, mereka mengatur cuti bersamaan dengan libur sekolahku, agar dapat mengajakku berlibur ke luar negeri.

Ayah dan Ibu sepakat untuk tidak ikut paket wisata yang dikelola oleh biro perjalanan. Mereka khawatir aku akan kelelahan. Biasanya, biro perjalanan mempunyai jadwal yang padat. Di samping itu, mereka ingin benar-benar santai dan menentukan sendiri obyek wisata yang akan dikunjungi. Memang agak repot, sih. Kulihat, Ibu menyiapkan rendang lauk kesukaanku. Beliau khawatir, lidahku tidak cocok dengan makanan di London. Geli juga melihat Ibu mengepak rendang. Namun, dalam hati, aku terharu melihat perhatian Ibu.

Hari yang ditentukan pun tiba. Kami menumpang Pesawat Garuda menuju London. Setibanya kami di Bandara Heathrow, kami langsung menuju Hotel Phoenix di jalan Bayswater di pusat kota. Pilihan yang menyenangkan. Hotel itu dekat dengan pusat pertokoan. Di sini, kami mudah mendapat kendaraan yang mengantarkan kami ke tujuan. Busnya bersih dan pengemudinya tertib sekali. Ia tidak mau berhenti di sembarang tempat.

Hari kedua, Ibu mengusulkan mengunjungi Buckingham dan Kensington Palace. Wow, tentu saja aku setuju! Aku ingin melihat upacara pergantian penjagadi depan Buckingham Palace. Kami pun meluncur ke sana. Tepat ketika kami tiba, upacara pergantian penjaga tengah berlangsung. Para penjaga mengenakan seragam merah, celana dan bertopi hitam berbaris rapi. Sementara para polisi wanita, mengatur para penonton dengan gesit. Mereka naik kuda dan potongan rambut mereka pendek. Dari kejauhan tampak seperti pria. Kami sempat terkecoh.. wkwkwk...

Perjalanan kami lanjutkan ke taman-taman di sekitar kota. Kami berjalan kaki menikmati Kota London yang dipenuhi bangunan klasik bersejarah. Kami menuju pemberhentian bis, dan perjalanan kami lanjutkan dengan naik bis. Ayah mengingatkan, bila kami melewati taman yang menarik, kami akan turun dan bersantai di sana.

Bis bergerak menyusuri jalan raya. Tak lama kemudian, Ayah meminta kami bersiap-siap turun di halte terdekat. Begitu bis berhenti, aku bergegas keluar. Setelah turun, aku baru sadar, bahwa Ayah dan Ibu masih berada di dalam bis. Seeett... pintu bis tertutup kembali. Aku mengetuk-ketuk pintu, tetapi bis terus melaju.

Sejenak aku tertegun, ini London, bukan Jakarta. Bagaimana bila terjadi sesuatu padaku? Ingin rasanya aku menangis. Namun, tiba-tiba pesan Ibu terngiang di telingaku. Aku tidak boleh panik bila tersesat. Jika panik, aku tidak bisa berpikir jernih. Berkali-kali aku menghela nafas meredakan kecemasanku. Aku harus kembali ke hotel. Gapi bagaimana caranya? Aku tidak tahu jalan menuju hotel. Lebih baik aku bertanya pada polisi.

Kuamati sekitarku, tidak ada polisi. Pelan aku berjalan mengelilingi taman. Dengan hati berdebar-debar, aku berharap bertemu polisi. Namun sampai pegal kakiku, tidak kujumpai seorang polisi pun. Kulihat telepon umum. Aku hendak menanyakan nomor telepon hotel di layanan informasi. Kuraba saku bajuku. Tidak ada uang sedikit pun. Tanpa terasa, air mataku menitik. Aku benar-benar cemas.

Lunglai aku melangkah ke bangku terdekat. Seorang ibu duduk sambil asyik membaca di situ.

"Excuse me. May I sit here?" ujarku terbata-bata. Terus terang saja, bahasa inggris ku masih belepotan.

"Sure," jawab Ibu itu tersenyum manis.



Aku lega. Ibu itu bernama Rebecca. Ia ramah sekali. Aku tanyakan letak Hotel Phoenix. Aku ceritakan kejadian yang menimpaku. Di luar dugaan, ia mau mengantarkh ke hotel. Aku menangis memeluknya saking bahagia. Tiba di hotel, Ayah dan Ibu berada di lobi sedang ditanyai oleh polisi. Begitu melihat aku, Ibu menangis memelukku. Sementara Ayah berbicara dengan Rebecca.

Keesokan paginya, kami masih shock. Tidak ke mana-mana. Seharian di hotel bosan juga. Sorenya, Ayah mengajak ke Travalgar Square, taman yang indah dengan bunga dan tumbuhan yang hijau asri. Burung merpati berkeliaran bebas di sini. Indahnya sore ini, ketakutanku karena tersesat perlahan hilang.
.
.
Cerpen Jika Tersesat Jangan Panik oleh Mudjibah Utami
.
.
Temukan artikel menarik lainnya di sini
Ikuti akun instagram penulis
Kunjungi juga channel youtube penulis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Steve dan Gambang Kromong

Steve dan Gambang Kromong Oleh Nur Izzi Muntaha Hari ini penghuni kelasku bertambah lagi. Namanya Steve. Semua siswa di kelasku menyambut ge...